MINGGU VI SESUDAH PENTAKOSTA
SENIN, 27 JUNI 2016
RENUNGAN MALAM
¯KJ. 379 : 1 – Berdoa
INDAHNYA MENYELESAIKAN MASALAH
2 Korintus 7 : 8 -11
namun sekarang aku bersukacita ; bukan karena kamu telah berdukacita, melainkan karena dukacitamu membuat kamu bertobat (ay.9)
Kita mungkin pernah mendengar kalimat, kalau cinta jangan marah. Kalimat ini dikenal dari judul sinetron yang ditayangkan SCTV tahun 2001 yang lalu. Namun, pertanyaannya sekarang adalah, benarkah demikian? Apakah benar cinta kasih menghilangkan kemampuan kritis kita untuk menegur, mengingatkan bahkan "memarahi"? Tentu tidak! Teguran memang bisa menyakitkan dan menyedihkan namun tanpanya relasi tiada bermakna. Rasul Paulus mengalami hal yang sama dalam relasinya dengan jemaat Korintus. Dengan jelas Paulus mengakui bahwa ia telah membuat jemaat Korintus sedih karena surat yang ditulis Paulus pada jemaat ini (ay.8). Paulus menegur sikap jemaat Korintus yang seringkali menilai Paulus secara negatif dan meragukan otoritasnya sebagai rasul. Yang menarik, dalam menyelesaikan konflik, Paulus tidak gelap mata dan emosional apalagi ngambek. Melalui suratnya, Paulus mengungkapkan isi hati dalam keterbukaan. Mungkin kalau Paulus hidup di jaman sekarang, rasanya ia juga itidak akan anti dengan email, sms, WA, BBM, dsb.
Intinya Paulus tetap membangun komunikasi dengan mereka yang berkonflik dengannya. Dari sini kita diajak untuk bersikap aktif dan proaktif dalam menyelesaikan masalah. Daripada diam dan terus memendam masalah, cobalah untuk bicara. Jika tak sanggup bicara empat mata, cobalah minta tolong orang lain yang terpercaya untuk menjadi jembatan. Kadang kita memang "bicara" saat konflik melanda, tapi alih-alih membangun komunikasi langsung dengan pihak yang bermasalah, kita justru heboh bicara di belakang. Tentu sikap seperti ini hanya akan menimbulkan persoalan baru. Paulus mengungkapkan teguran dan amarah secara terbuka karena cintanya pada jemaat Korintus. Tentu bukan amarah yang membabi buta tapi amarah yang mendidik dan membangun. Itulah kemudian yang membuat Paulus bersukacita (ay.9-11) karena ternyata ada perubahan dalam jemaat Korintus ke arah yang lebih baik. Cinta kasih hendaknya tidak membuat kita menjadi buta dan tetap mendiamkan masalah. Kejujuran untuk mengungkapkan isi hati secara terbuka memang kadang menyakitkan tapi "kebohongan" untuk mendiamkan persoalan bisa jadi lebih mematikan!
Intinya Paulus tetap membangun komunikasi dengan mereka yang berkonflik dengannya. Dari sini kita diajak untuk bersikap aktif dan proaktif dalam menyelesaikan masalah. Daripada diam dan terus memendam masalah, cobalah untuk bicara. Jika tak sanggup bicara empat mata, cobalah minta tolong orang lain yang terpercaya untuk menjadi jembatan. Kadang kita memang "bicara" saat konflik melanda, tapi alih-alih membangun komunikasi langsung dengan pihak yang bermasalah, kita justru heboh bicara di belakang. Tentu sikap seperti ini hanya akan menimbulkan persoalan baru. Paulus mengungkapkan teguran dan amarah secara terbuka karena cintanya pada jemaat Korintus. Tentu bukan amarah yang membabi buta tapi amarah yang mendidik dan membangun. Itulah kemudian yang membuat Paulus bersukacita (ay.9-11) karena ternyata ada perubahan dalam jemaat Korintus ke arah yang lebih baik. Cinta kasih hendaknya tidak membuat kita menjadi buta dan tetap mendiamkan masalah. Kejujuran untuk mengungkapkan isi hati secara terbuka memang kadang menyakitkan tapi "kebohongan" untuk mendiamkan persoalan bisa jadi lebih mematikan!
¯KJ. 379 : 2
GDoa : (Ya Tuhan, biarkanlah kami dapat menjadi pembawa damai yang menyelesaikan masalah dan bukan menambah masalah).
J.P.W/lph