MINGGU VI SESUDAH PENTAKOSTA
JUMAT, 01 JULI 2016
RENUNGAN MALAM
RENUNGAN MALAM
¯KJ. 296 – Berdoa
INDAHNYA DUNIA ANAK
Ulangan 6 : 4 - 9
Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun (ay. 5-7)
Perikop firman yang kita baca saat ini adalah bagian dari shema Israel. Shema adalah bagian utama dari doa Yahudi malam dan pagi. Shema dipandang sebagai doa yang paling penting di dalam agama Yahudi dan penyebutannya dua kali dalam sehari adalah sebuah mitzvah (perintah rohani). Dengan demikian, jelaslah bagi kita bahwa shema ini mengandung inti pengajaran agama bagi bangsa Yahudi. Yang menarik, orang Israel sudah diperkenalkan dengan shema sejak usia dini. Setelah seorang anak lancar berbicara, ia diharuskan menghafal bagian pertama kalimat shema. Hal ini dilakukan karena bagi umat Israel, seorang anak secara religius merupakan pemberian Tuhan. Dengan demikian mengajarkan Tuhan sejak dini menjadi sangat penting. Ini tentu tidak mudah tapi bukan berarti tidak penting. Sesungguhnya, mengajar seorang anak untuk percaya kepada Tuhan bermula dari membangun kepercayaan dengan orang-orang di sekitarnya. Inilah dasar dari perkembangan iman seorang anak. Itu berarti, orang-orang dewasa di sekitar anak harus mampu menunjukkan kepada anak bahwa mereka layak dipercaya. Dengan demikian kasih dan keteladanan menjadi penting (ay. 4-5), bahkan harus ekstra sabar karena kadang kita perlu mengulang-ulang apa yang mau kita sampaikan pada anak (ay. 6-7)
Anne Neufeld Rupp mengatakan bahwa seringkali orang dewasa berupaya untuk menciptakan kepercayaan seorang anak dengan cara yang justru menciptakan rasa tidak percaya pada anak. Hal ini bisa dilihat dari sebutan yang bersifat menghina (anak nakal, anak bodoh, dll), melalaikan anak secara fisik dan emosi, membuat anak merasa bahwa dirinya adalah pribadi yang tidak berharga dan tidak diharapkan serta sikap yang dingin tanpa kasih. Hal-hal seperti inilah yang dapat merusak kepercayaan anak (yang sebenarnya merupakan dasar iman) dan dapat menciptakan seseorang yang tidak dapat diharapkan, tertekan, bahkan tak berarti. Jadi, marilah kita dengan serius memperhatikan anak-anak di sekitar kita. Dengan demikian, mereka siap berpartisipasi dalam aksi sejati cinta kasih yang mewarnai kehidupan ini.
Anne Neufeld Rupp mengatakan bahwa seringkali orang dewasa berupaya untuk menciptakan kepercayaan seorang anak dengan cara yang justru menciptakan rasa tidak percaya pada anak. Hal ini bisa dilihat dari sebutan yang bersifat menghina (anak nakal, anak bodoh, dll), melalaikan anak secara fisik dan emosi, membuat anak merasa bahwa dirinya adalah pribadi yang tidak berharga dan tidak diharapkan serta sikap yang dingin tanpa kasih. Hal-hal seperti inilah yang dapat merusak kepercayaan anak (yang sebenarnya merupakan dasar iman) dan dapat menciptakan seseorang yang tidak dapat diharapkan, tertekan, bahkan tak berarti. Jadi, marilah kita dengan serius memperhatikan anak-anak di sekitar kita. Dengan demikian, mereka siap berpartisipasi dalam aksi sejati cinta kasih yang mewarnai kehidupan ini.
¯KJ. 296
GDoa : (Ya Tuhan Yesus, berkatilah setiap anak yang Engkau hadirkan dalam kehidupan kami, biarlah mereka menjadi berkat senantiasa).
J.P.W/lph