Bacaan: Ayub 37:1-16
“Tahukah engkau tentang melayangnya awan-awan?” – Ayub 37:16
Suatu
hari bertahun-tahun lalu,
saya dan anak-anak saya sedang berbaring di halaman sambil melihat awan yang
melayang. “Ayah,” kata salah satu anak saya, “mengapa awan itu melayang?” “Begini,
Nak,” jawab saya, sambil bermaksud menunjukkan kepadanya pengetahuan saya yang
sangat luas. Namun, seketika itu juga saya terdiam. “Maaf, Ayah tidak tahu,”
jawab saya kemudian, “tetapi Ayah akan mencarikanmu jawabannya.”
Kemudian saya menemukan
jawabannya. Kumpulan titik-titik air yang padat turun ke bumi karena pengaruh
gravitasi, kemudian bertemu dengan temperatur udara bumi yang lebih hangat. Titik-titik
air tersebut kemudian berubah menjadi uap air dan kembali naik ke udara. Itulah
penjelasan ilmiah tentang fenomena awan tersebut.
Namun, penjelasan ilmiah itu
bukanlah jawaban satu-satunya. Awan dapat melayang karena hikmat-Nya, Allah
telah mengatur hukum alam sedemikian rupa untuk menyatakan “tentang
keajaiban-keajaiban dari Yang Mahatahu” (Ayb. 37:16). Karena itulah awan dapat
juga dipandang sebagai tanda kasatmata yang menyatakan kebaikan dan anugerah
Allah di dalam alam ciptaan-Nya.
Jadi, jika nanti Anda melihat ke
langit dan memandang awan-awan, ingatlah ini: Pribadi yang menciptakan segala
sesuatu dengan indahnya itulah yang membuat awan-awan melayang di udara. Dia melakukan
itu untuk menggugah kita agar mengagumi dan memuja-Nya. Langit – termasuk awan cumulus,
stratus, maupun sirus – menceritakan kemuliaan Allah.
-
DAVID ROPER
Kami
mengagumi Engkau,
Pencipta Ajaib, saat kami memandang dunia-Mu. Engkau layak menerima segala
pujian dari hati kami yang terdalam!
Alam ciptaan dipenuhi dengan
tanda-tanda yang menunjukkan keagungan Sang Pencipta.