MINGGU III SESUDAH
PENTAKOSTA
SABTU, 11 JUNI 2016
RENUNGAN PAGI
¯KJ. 436: 1 – Berdoa
DALAM PIMPINAN-NYA
Roma 1 : 24 – 27
Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada keinginan hati mereka akan kecemaran, sehingga mereka saling mencemarkan tubuh mereka (ay.24)
Sigmund
Freud pernah mengatakan, betapa alamiahnya dorongan dan kebutuhan seks itu.
Jangan ditekan-tekan. Namun kini muncul keinginan untuk mereguk kenikmatan
seksual dengan kebebasan yang tanpa batas. Seks dipuja bagaikan dewa atau dewi
penjamin kebahagiaan manusia. Demikian kita menyaksikan bagaimana iklan-iklan
hendak meyakinkan manusia bahwa seks adalah kunci segala-galanya, sehingga
semua produk yang dipasarkan selalu diikuti dengan embel-embel seksualitas
perempuan dan laki-laki. Karena itu seorang ahli etika mengatakan “ketika segla
sesuatu diorientasikan kepada seks, pada saat itulah seks mengalami
disorientasi.”
Paulus dengan tegas mengecam mereka yang dikuasai hawa
nafsu. Mereka tidak puas dengan hal-hal yang normal melainkan menikmati hal-hal
yang melampaui kewajaran seperti perilaku homoseksual dan berbagai perbuatan
mesum lainnya. Pikiran berdosa sedemikian membelenggu mereka sehingga mereka
tidak memiliki akal sehat untuk melihat bahwa tindakan mereka menjijikkan,
jahat, dan merusak. Sebaliknya, mereka menganggap bahwa apa yang mereka lakukan
itu adalah hal-hal yang benar. Itulah tandanya bahwa mereka dalam perbudakan
dosa. Sesungguhnya seks adalah anugerah yang diberikan oleh Tuhan kepada orang
yang telah menikah untuk kesenangan mereka bersama dalam keinginan mulia.
Romantisme dan anugrah Tuhan akan seks sungguh didukung di dalam komitmen
perkawinan.
Belajar dari apa yang diingatkan oleh Paulus, maka
sebagai orang percaya, kita harus menyadari bahwa semua hal yang terjadi dalam
hidup kita ada dalam pimpinan Tuhan. Apabila kita meletakkan dasar kehidupan
kita pada Kristus, yaitu berjalan sesuai dengan firman Tuhan, maka hidup kita
akan terpelihara dan dilindungi oleh kasih Kristus. Namun sebaliknya, kita
harus menyadari bahwa kehidupan orang percaya yang tidak dijalani berdasarkan
firman Tuhan akan berjalan tanpa arah dan tujuan. Mereka cenderung hidup
semaunya, sebebas-bebasnya melakukan apa saja. Hidup demikian pasti tidak akan
ada damai sejahtera.
¯KJ. 436 : 2
GDoa : (Allah yang penuh kasih di dalam Kristus,
mampukanlah kami untuk senantiasa dapat mengendalikan dan menguasai diri kami
dari godaan supaya tidak jatuh ke dalam dosa).
A.S.P/MAJI