MINGGU V SESUDAH PENTAKOSTA
SENIN, 20 JUNI 2016
RENUNGAN PAGI
¯KJ. 464 : 4 – Berdoa
HOSPITALITAS
Kejadian 18 : 1 - 5
"biarlah kuambil sepotong roti, supaya tuan-tuan segera kembali; kemudian bolehlah tuan-tuan meneruskan perjalanannya,..." (ay.5)
Di dunia modern saat ini, tingkat kesibukan begitu tinggi namuns emua dapat dilakukan dengan hitungan detik: cepat, singkat, dan kilat. Sarananya adalah jalur komunikasi multi media. Dampaknya pada kecenderungan perjumpaan langsung yang sering dianggap tidak perlu karena tidak efisien. Semua dapat diselesaikan dengan penghematan waktu yang seefektif mungkin melalui teknologi abad kini. Jadi apa arti perjumpaan di abad kita kini?
Apakah saudara mengalami bahwa mengundang dan menjamu orang lain di rumah kita akan menjadi sesuatu yang langka, terasa merepotkan dan kondisi rumah terkadang menjadi alasan kita untuk tidak menerima tamu. Pilihan makan di restoran pun akan menjadi keputusan kita. Namun, tidak semua kita mampu melakukannya. Di restoran dengan waktu yang singkat dan terbatas semua serba praktis. Kita pun tidak terlalu disibukkan oleh persiapan-persiapan yang sangat memakan waktu dan tenaga. Kita semakin jauh dari keramahtamahan dan nilai persekutuan di antara kita.
Tindakan seperti Abraham dalam menyambut tamu mungkin menjadi sesuatu yang asing bagi kita. Terlebih tamu yang datang tidak kita kenal. keramahtamahan Abraham sungguh menjadi sesuatu yang ditawarkan kepada kita di zaman ini. Keramahtamahan yang lebih dari sekedar menerima tamu dan menjamunya menlainkan pada ketulusan dan kepekaan kasih yang meruntuhkan tembok pemisah, dinding ras dan etnisitas, kelas sosial dan sebagainya. Melangkahlah dalam dunia hospitalitas ini akan membantu kita bertumbuh dalam kasih yang melimpah yakni memilih mengasihi orang asing sebab Yesus ada di diri orang asing.
Apakah saudara mengalami bahwa mengundang dan menjamu orang lain di rumah kita akan menjadi sesuatu yang langka, terasa merepotkan dan kondisi rumah terkadang menjadi alasan kita untuk tidak menerima tamu. Pilihan makan di restoran pun akan menjadi keputusan kita. Namun, tidak semua kita mampu melakukannya. Di restoran dengan waktu yang singkat dan terbatas semua serba praktis. Kita pun tidak terlalu disibukkan oleh persiapan-persiapan yang sangat memakan waktu dan tenaga. Kita semakin jauh dari keramahtamahan dan nilai persekutuan di antara kita.
Tindakan seperti Abraham dalam menyambut tamu mungkin menjadi sesuatu yang asing bagi kita. Terlebih tamu yang datang tidak kita kenal. keramahtamahan Abraham sungguh menjadi sesuatu yang ditawarkan kepada kita di zaman ini. Keramahtamahan yang lebih dari sekedar menerima tamu dan menjamunya menlainkan pada ketulusan dan kepekaan kasih yang meruntuhkan tembok pemisah, dinding ras dan etnisitas, kelas sosial dan sebagainya. Melangkahlah dalam dunia hospitalitas ini akan membantu kita bertumbuh dalam kasih yang melimpah yakni memilih mengasihi orang asing sebab Yesus ada di diri orang asing.
¯KJ. 424 : 2
GDoa : (Ya Tuhan, Tuhan kami betapa kemurahan-Mu telah memenuhi bumi, ajarlah kami mengasihi-Mu dengan merangkul sesama kami yang menderita termasuk orang-orang asing di sekitar kami.).
S.H.T/js