MINGGU VI SESUDAH PENTAKOSTA
KAMIS, 30 JUNI 2016
RENUNGAN PAGI
¯KJ. 441 : 1, 2 – Berdoa
INDAHNYA KERELAAN HATI
2 Korintus 9 : 1 - 5
Aku telah tahu kerelaan hatimu tentang mana aku megahkan kamu kepada orang-orang Makedonia. (ay.2a)
Suatu hari seorang petani Kristen berkata kepada istrinya bahwa ia ingin memberikan suatu persembahan untuk pekerjaan Tuhan. Saat itu salah satu sapi betinanya sedang hamil dan beberapa hari lagi akan melahirkan. Karena itu ia berkata bahwa nanti ia akan mempersembahkan anak sapi itu kepada Tuhan. Beberapa hari pun berlalu dan tibalah waktu bagi induk sapi itu untuk melahirkan. Ternyata, induk sapi itu melahirkan dua ekor anak sapi. Petani itupun menjadi bingung. Dia mulai berpikir-pikir anak sapi yang manakah yang akan dipersembahkannya kepada Tuhan. Ketika istrinya menanyakan hal itu, ia pun menjawab : "Biarkanlah anak-anak sapi itu bertumbuh lebih besar terlebih dahulu. Setelah mereka cukup besar, barulah akan kuputuskan anak sapi mana yang akan kupersembahkan kepada Tuhan." Seminggu kemudian daerah itu diserang wabah penyakit ternak. Salah satu dari kedua anak sapi milik petani Kristen itupun terjangkit penyakit tersebut dan tidak dapat diselamatkan alias mati. Ketika petani itu mendapati bahwa anak sapinya itu mati, ia segera keluar kandang dan lari menuju rumahnya serta berkata kepada istrinya : "Bu, aku baru saja dari kandang dan kudapati bahwa sapinya Tuhan mati." Istrinya pun keheranan dan bertanya "Apa? Sapinya Tuhan? Bukankah engkau belum memutuskan sapi mana yang hendak kau persembahkan?" Petani itupun menjawab : "Ya, kemarin memang belum kuputuskan, tetapi tadi ketika aku berada di kandang telah kuputuskan bahwa yang mati itu adalah sapinya Tuhan."
Kisah ini hanya sebuah ilustrasi, tapi jika kita mau jujur merenungkan, memang rasanya semakin hari kerelaan hati menjadi semakin mahal harganya. Segala sesuatu dilakukan dengan orientasi pada kepentingan diri sendiri dan tak jarang itu dilakukan tanpa memikirkan perasaan orang lain, termasuk Tuhan. Segala sesuatu rasanya tidak lengkap jika tanpa pamrih dan imbalan. Firman Tuhan hari ini berisi petunjuk bagi pengumpulan persembahan bagi jemaat yang miskin di Yerusalem. Tanpa kerelaan hati, tindakan apapun yang kita lakukan menjadi sia-sia (ay.2 & 5). Di tengah mahalnya kerelaan hati, marilah kita tetap setia mewujudkannya dalam seluruh bagian kehidupan kita.
Kisah ini hanya sebuah ilustrasi, tapi jika kita mau jujur merenungkan, memang rasanya semakin hari kerelaan hati menjadi semakin mahal harganya. Segala sesuatu dilakukan dengan orientasi pada kepentingan diri sendiri dan tak jarang itu dilakukan tanpa memikirkan perasaan orang lain, termasuk Tuhan. Segala sesuatu rasanya tidak lengkap jika tanpa pamrih dan imbalan. Firman Tuhan hari ini berisi petunjuk bagi pengumpulan persembahan bagi jemaat yang miskin di Yerusalem. Tanpa kerelaan hati, tindakan apapun yang kita lakukan menjadi sia-sia (ay.2 & 5). Di tengah mahalnya kerelaan hati, marilah kita tetap setia mewujudkannya dalam seluruh bagian kehidupan kita.
¯KJ. 441: 3, 4
GDoa : (Ya Tuhan, biarlah kerelaan hati terus bersemi dalam hidup kami sehingga kami terus berbuah dalam kasih dan sukacita).
J.P.W/lph