MINGGU VI SESUDAH PENTAKOSTA
JUMAT, 01 JULI 2016
RENUNGAN PAGI
RENUNGAN PAGI
¯KJ. 249 : 1,2 – Berdoa
INDAHNYA KEBERSAMAAN
Ulangan 6 : 1 - 3
...Lakukanlah itu dengan setia, supaya baik keadaanmu, dan supaya kamu menjadi sangat banyak, seperti yang dijanjikan TUHAN, Allah nenek moyangmu... (ay.3)
Dalam konteks kemajemukan di Indonesia, seringkali dalam setiap perjumpaan di tengah perbedaan, muncul dua sikap ekstrim, menghilangkan perbedaan atau menonjolkan perbedaan. Yang pertama dilakukan, supaya relasi yang terbangun "damai" dan adem ayem. Yang kedua biasanya akan melahirkan konflik berkepanjangan. Kadang, kita tidak menyadari bahwa konflik seringkali terjadi bukan karena kita tidak mengerti yang lain, melainkan karena kita justru tidak mengerti diri kita sendiri (identitas kita). Perikop Firman Tuhan kali ini mau mengajak kita bersama untuk mengokohkan identitas kita untuk bisa berinteraksi dalam realita kepelbagaian. Bangsa Israel yang akan berjumpa dengan kemajemukan dari negeri yang mereka duduki perlu menyadari dengan sungguh-sungguh identitas mereka sebagai anak-anak Tuhan (ay.1-2). Kasih kepada Tuhan adalah bagian dari identitas kita (lihat perikop nanti malam, 6:4-5). Jadi, tidak bisa tidak, jika kita mengaku sebagai pengikut-Nya, kita harus memiliki KASIH dan tetap setia memeliharanya (ay.3). Tanpanya, kepercayaan kita menjadi sia-sia karena hidup tanpa kasih sama saja dengan hidup di Indonesia tapi tidak punya KTP sekalipun usia sudah dewasa.
Jürgen Moltmann, seorang teolog Jerman pernah berkata, no persons without relations; but there are no relations without persons either. Artinya adalah tidak ada seorang pun yang mampu bertahan tanpa membangun relasi (baik dengan Tuhan maupun sesama). Melalui kasih, relasi yang terbangun dengan Tuhan dan sesama menjadi bermakna. Oleh karenanya, dalam relasi dengan orang lain, kita diharapkan tidak hanya berkumpul dan "tertawa" bersama, tetapi juga "meratap" bersama. Kasih Tuhan dapat menjadi jalan untuk meningkatkan kualitas relasi kita dalam mengasihi orang lain. Ini dapat dimulai dari diri sendiri dan kemudian berkembang dalam seluruh aktivitas di setiap sisi kehidupan. Itulah yang kemudian membuat kepelbagaian denominasi, aliran dan agama serta kepercayaan tidak menghalangi kita semua untuk berbagi kasih. Pada akhirnya, gereja tidak hanya menjadi tempat utnuk "mendengar" firman-Nya tapi juga "mengalami"-Nya.
Jürgen Moltmann, seorang teolog Jerman pernah berkata, no persons without relations; but there are no relations without persons either. Artinya adalah tidak ada seorang pun yang mampu bertahan tanpa membangun relasi (baik dengan Tuhan maupun sesama). Melalui kasih, relasi yang terbangun dengan Tuhan dan sesama menjadi bermakna. Oleh karenanya, dalam relasi dengan orang lain, kita diharapkan tidak hanya berkumpul dan "tertawa" bersama, tetapi juga "meratap" bersama. Kasih Tuhan dapat menjadi jalan untuk meningkatkan kualitas relasi kita dalam mengasihi orang lain. Ini dapat dimulai dari diri sendiri dan kemudian berkembang dalam seluruh aktivitas di setiap sisi kehidupan. Itulah yang kemudian membuat kepelbagaian denominasi, aliran dan agama serta kepercayaan tidak menghalangi kita semua untuk berbagi kasih. Pada akhirnya, gereja tidak hanya menjadi tempat utnuk "mendengar" firman-Nya tapi juga "mengalami"-Nya.
¯KJ. 249 : 3
GDoa : (Ya Tuhan Yesus, biarlah kebersamaan terus terpatri dalam setiap komunitas yang kami hidupi di muka bumi ini).
J.P.W/lph